Jumat, 18 Maret 2011

terang bulan






it's a story when I was still living with my grandmother, and two 'bad' cousins, Jati and Ganes :P

One night in Malang
Granny was asleep.
Jati? I don't know. He's somewhere.
Ganes was in his room (I guess).

Suddenly I heard someone yelling
Ganes : "Mbak! Mbak Kiki! Metuo cepetan" -keluar gih, buruan-
Me     : "Opo'o sih Nes?" -apaan sih?-
Ganes : "Iki lho, enek terang bulan" -ini loh, ada terang bulan-

Aku yang sedang merasa romantis (ciaahhh) entah kenapa merasa tertarik sekali akan si terang bulan ini. Kayaknya lumayan juga malam-malam syahdu gini liatin terang bulan.
Dan aku pun tergopoh-gopoh berlari ke halaman rumah Granny yang luas dan menyenangkan :)
Wait? Mana pula si terang bulan? Jelas-jelas masih bulan sabit. Aku masuk lagi ke rumah dengan wajah bersungut-sungut.

Me   :"Nes! Ndi terang bulane? Ngarang tenan kon iku" -mana terang bulannya? ngarang banget sih lo-
Ganes : "Loh, gak ngarang aku Mbak. Iku lo deloken ae ndek mejo" -kaga ngarang gue, liat aja di meja-

Di meja? Ngapain juga si terang bulan di meja?
Olala. Ternyata nama lain terang bulan di sini adalah.... jeng jeng! Martabak manis alias kue Bandung.

1-0 untuk Ganes :) 


a day with you




"Hey Rhinta! Aku serius!" teriak pemuda itu.
"Rhinta!"
Tapi Rhinta tetap berlalu, mengacuhkan pemuda itu yang berteriak memanggilnya tanpa memedulikan keramaian sekitar.

Cih, si Aria itu. Sudah berapa kali kubilang dia tak cocok untukku. Masih saja keras kepala. Dasar anak kecil.

Aria. Aria Nugraha. Sudah sekitar 4 bulan aku mengenalnya. Aku adalah alumni dari SMA tempat dia bersekolah. Yep, I'm his senior. Perkenalan kami terjadi ketika aku dan teman-teman seangkatanku yang masih menjalani semester tiga di salah satu perguruan tinggi favorit di kota kami berkunjung ke almamaterku untuk memberikan seminar kecil tentang kampusku. Si Tengil yang duduk di kelas 3 itu terus saja mengajukan pertanyaan-pertanyaan padaku mulai dari yang memang mengenai kampusku sampai ke hal-hal yang nggak penting banget Hal-hal nggak penting itu misalnya apa? Sebutin aja . Bahkan seusai seminarpun dia masih saja mengekorku. Apa sih maunya? Mengganggu saja.

Lalu entah dari mana dia berhasil mendapatkan nomor handphoneku. Cih, masa-masa suramku pun dimulai. Hampir setiap pagi buta dia meneleponku hanya sekedar untuk membangunkanku solat subuh.Yah, sebenarnya aku sedikit berterima kasih juga sih, hehe. Tapi lama-lama rasanya kesal juga kalau harus meladeni sms-sms nggak penting darinya yang selalu membombardir handphoneku hampir setiap jam sekali.
Dan akhir-akhir ini kelakuannya pun makin parah. Dia selalu menungguiku di depan rumah setiap aku akan kuliah dan juga menungguiku di kampus ketika jam kuliahku hari itu selesai. Well, tentunya selama bersesuaian dengan jadwal sekolahnya tentu saja. Ada saja yang diinginkannya. Ngajakin pulang bareng lah, nonton lah. Entah dari mana pula si tengil itu mendapat jadwal kuliahku. Coba dia sekolah sehari penuh ya. Haha. Tapi maksudku, rasanya seperti dikuntit saja. And I'm telling you, it feels ain't no good you know. Crap. Memangnya dia ini siapa? Pacarku? Sigh.

Fuh, lebih baik aku memikirkan Reza saja. Hehe. Sudah 8 bulan ini aku gencar mendekatinya. He's nice, cool, handsome, and most importantly, he's a grown up. Tak seperti si Tengil Aria. Cih, aku jadi memikirkannya lagi.
Aku belum tahu apakah Reza juga memiliki perasaan yang sama denganku. Aku belum berani memikirkannya. Saat ini aku cuma ingin segalanya sempurna. Maksudku, aku sedang menyiapkan hadiah kejutan untuk ulangtahun Reza bulan depan. Dan mungkin juga, pada hari itu aku akan diberi kekuatan untuk menyatakan perasaanku padanya. Hehe. Entahlah, kita lihat saja nanti.

Another story from me. Dibuat ketika sedang merasa gusar dan sedikit 'ababil' :D
No wonder ceritanya agak berbau-bau 'alay' :D
Kali ini cerita klasik tentang makhluk wanita bernama Rhinta yang dikejar-kejar cowok tanggung yang menurutnya 'nggak banget'. Sementara Rhinta sendiri sudah terobsesi dengan pria lain yang dianggap lebih matang dan menarik. Does this man feels the same way to? And how's the 'boy's fate? 

well, just enjoy the full version here :)
/span/div

Kamis, 17 Maret 2011

I (Just Realized that I) Really Do, Love You..


March 5th 2011, 09.13 am
Pagi itu hujan badai. Aku dan Retno ternganga di kubikel kami. Hujan deras di luar dengan kejamnya mencoba untuk menerbangkan segala yang ada di halaman parkir di depan jendela kubikel kami yang terletak di lantai 1 gedung bertingkat lima ini. Kami berdua berpegangan tangan, terpana menyaksikan pepohonan yang hanya pasrah terhembus angin kencang sembari mencengkeramkan kuat-kuat akarnya ke tanah.
“Ret…”
“Ya May?”
“Gue bosen sama Prabu”
Dan akupun mendapatkan tatapan eh-sumpeh-lo-yah-omongan-lo-ga-penting-banget-di-sikon-kayak-gini dari sahabatku satu itu.
March 6th 2011, 08.13 am
Asing.
Pagi ini aku terbangun dan menyadari aku tertidur bukan di ranjang yang biasa kutiduri. Bukan juga di kamar yang biasanya. Ataupun di rumah yang biasanya. Bahkan ketika aku mencari secuil petunjuk tentang lokasi keberadaanku di luar rumah ini, aku tak sedikit pun bisa mendapatkannya.
Where am I? 
Sebuah cerita sederhana yang mengajarkan pada Maya, sang tokoh utamanya untuk tetap bisa mempertahankan cintanya pada lelakinya, atau paling tidak belajar untuk mempertahankannya.

you can read the full version here 

justify